"In a Revolution"

Aku Adalah Tulang Rusukmu, Bukan Tulang Kakimu!

In Social Problems on September 29, 2008 at 11:51 pm

Apakah maksud dari judul di atas? Mungkin Anda bertanya-tanya atau mencoba menerka-nerka maksud judul artikel ini. Baiklah, kali ini saya akan membahas mengenai masalah bias gender.

Apa Itu Gender?

Mungkin Anda berpikir: “untuk apa lagi sih dikasih tahu arti gender? Semua orang juga pasti tahu artinya adalah jenis kelamin.” Coba saja sekarang Anda cari di kamus Bahasa Indonesia arti kata gender. Dapatkah Anda menemukannnya? Saya telah mencari kata gender di Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Saya memang menemukannya, gender: gamelan Jawa yang terbuat dari bilah-bilah logam yang di bagian bawahnya dipasang buluh bambu sebagai penggema. Anda pasti langsung protes: “Ya jelas sekali maknanya aneh seperti itu orang kamu carinya di huruf G. Coba cari di huruf J!” Sesungguhnya saya terlebih dahulu mencari kata tersebut di huruf J dan saya tidak menemukannya, makanya saya coba cari di huruf G. Apakah maksudnya saya meminta Anda mencari kata gender di Kamus Bahasa Indonesia? Karena saya ingin memberitahukan bahwa kata gender belum menjadi bahasa Indonesia dan setahu saya sampai saat ini kata gender tidak ada di Kamus Besar Bahasa Indonesia sekalipun. Itulah alasan saya menggunakan cetak miring untuk setiap kata ‘gender’.

Baiklah, memang betul jika Anda berpikir bahwa gender adalah jenis kelamin. Namun, sekarang pertanyaannya adalah apa bedanya dengan kata seks?

Nah, itulah yang akan saya jelaskan di sini. Seks adalah jenis kelamin yang dibedakan berdasarkan sudut pandang biologis sedangkan gender adalah jenis kelamin yang dibedakan berdasarkan sudut pandang sosiokultural. Oleh karena berasal dari sudut pandang berbeda maka pembagian jenis kelamin juga berbeda. Jika berdasarkan sudut pandang biologis hanya terdiri dari laki-laki dan perempuan; pria dan wanita. Sedangkan gender melihat jenis kelamin bukan hanya sebatas istilah pria dan wanita tetapi mengenal juga istilah transgender atau intersexed. Oleh sebab itu penggunaan kata gender sering digunakan untuk menyuarakan masalah diskriminasi atau menuntut persamaan hak.

Bias Gender

Lalu apa maksudnya bias gender? Anggapan keliru yang mempengaruhi keyakinan tentang bagaimana seharusnya pria dan wanita berpikir dan bertindak sesuai dengan ketentuan sosiokultural. Hal ini berkaitan dengan paham maskulinitas dan feminimitas. Maksudnya adalah anggapan-anggapan yang ada di masyarakat mengenai pria adalah kuat, rasional, dan perkasa sedangkan wanita adalah lemah lembut, emosional, dan keibuan. Pria dan wanita dalam sudut pandang sosiokultural seringkali membentuk pola pikir yang salah dan dapat menghambat pengembangan diri pada wanita. Oleh sebab itu masalah ini perlu sekali untuk dibahas karena seringkali kita tidak menyadari fenomena bias gender ini.

Pria dianggap kuat dan perkasa        Wanita dianggap lemah lembut dan keibuan

Coba jawab dengan jujur jika Anda mendapatkan pertanyaan: “Seorang pria atau wanita yang ada di pikiran Anda jika disebut dokter bedah?” Pasti kebanyakan dari Anda langsung berpikir seorang pria. Mengapa Anda memandang dokter bedah adalah seorang pria? Apakah tidak ada atau tidak mungkin seorang wanita menjadi seorang dokter bedah? Banyak sekali wanita yang telah menjadi dokter bedah. Di sini dapat kita lihat pandangan sosial masyarakat mengenai seorang wanita masih begitu sempit. Seperti yang telah saya katakan sebelumnya bahwa wanita selalu digambarkan penuh kelembutan, memiliki perasaan yang halus, dan tidak berani mengambil risiko. Pandangan seperti ini sudah melekat sedemikian kuatnya dalam masyarakat sehingga dalam bayangan sebagian besar orang dokter bedah pasti seorang pria.

Lalu coba ikuti instruksi saya. Gambarkan atau bayangkan jika Anda mendapatkan kosakata bahasa inggris ‘a man’. Pasti banyak sekali yang langsung menggambarkan atau membayangkan seorang pria. Tahukah Anda bahwa kata ‘man’ artinya adalah manusia? Namun demikian dalam pemakaian katanya lebih sering diartikan sebagai pria saja. Jadi dengan kata lain hanya kaum pria yang dianggap manusia sedangkan keberadaan wanita hanya dikesampingkan begitu saja.

Kemudian mari sekarang Anda buka buku pelajaran bahasa Indonesia Sekolah Dasar (SD) atau mungkin coba Anda ingat kembali cerita-cerita yang terdapat di buku-buku pelajaran SD. Sebagai contoh yang saya ambil dari website kompas adalah buku Bina Bahasa Indonesia untuk SD kelas IV jilid 4A halaman 98-99, terbitan Erlangga. Dikisahkan bahwa Firman diajak ayahnya ke bank. Firman disuruh membawa buku tabungannya. Sepulang dari bank Firman diajak singgah ke toko buku untuk membeli buku dan keperluan sekolahnya. Sementara itu, Indri, saudara Firman, sedang asyik membersihkan singkong dan ubi di dapur ketika mereka berangkat. Ketika di bank, Pak Karman, ayah Firman, berdoa dalam hati agar Firman kelak gemar menabung demi masa depannya. Pertanyaannya, mengapa hanya Firman yang diajak, atau mengapa bukan Indri? Tak bisakah pekerjaan Indri ditinggalkan sejenak agar bisa ikut ke bank? Mengapa Indri digambarkan sedang asyik membersihkan singkong dan ubi, suatu hal yang kontras dengan yang terjadi pada Firman? Kemudian lihat lagi salah satu contoh cerita dari buku Pandai Membaca dan Menulis Ib untuk SD kelas I, hal 113, terbitan Balai Pustaka. Ceritanya adalah Musa dan Ani berkunjung ke rumah pamannya. Sang paman sudah berangkat ke kantor. Karena itu bibi yang akan mengajaknya bertamasya ke taman kota lalu ke pantai. Coba lihat di sini apa yang diperankan paman dan bibi sangat kontras dan tidak relevan dengan zaman sekarang. Mengapa bertamasya pagi hari dan bukan sore hari, hal itu lebih umum sehingga keduanya bisa digambarkan usai kerja?

Kemudian kita lihat dalam aspek agama. Saya rasa sangat sedikit yang peka melihat masalah bias gender dalam ajaran agama karena biasanya ajaran agama dianggap sesuatu yang absolut karena berasal dari Tuhan sehingga banyak orang tidak menyadari bahwa ajaran agama juga banyak dipengaruhi kehidupan sosial budaya masyarakat dari mana agama tersebut berasal. Dalam Taoisme sangat jelas digambarkan konsep maskulinitas dan feminitas, yaitu dalam istilah yin dan yang. Oleh sebab itu yin dan yang sering digunakan untuk pengganti kata pria dan wanita. Dalam agama Hindu Tuhan dipandang memiliki sifat seperti seorang pria dan wanita. Tuhan digambarkan sebagai Shakti yang memiliki energi, kekuatan, dan nafsu sedangkan Shiva yang membunuh nafsu Shakti. Hal ini bisa dilihat dari patung dewa yang terukir setengah pria setengah wanita. Patung ini sebagai simbol bahwa Tuhan adalah Shakti dan Shiva dalam waktu yang sama. Kemudian kita lihat konsep ajaran agama Kristen. Di dalam ajaran agama Kristen dapat kita lihat bahwa Allah sering disebut sebagai seorang Bapa. Hal ini didasarkan pada pandangan bahwa Allah memiliki kekuatan, kekuasaan, dan yang mengatur hidup manusia. Sekarang pertanyaannya mengapa Tuhan yang memiliki kekuatan dan kekuasaan tidak dilambangkan dengan seorang wanita? Di sini saya tidak bermaksud menjelekkan ajaran agama tetapi saya hanya ingin mengajak Anda untuk melihat fenomena ini yang secara tidak sadar mempengaruhi pola pikir kita. Agama saya adalah Kristen Protestan dan saya melihat fenomena ini hanya sebagai suatu gambaran bahwa ajaran agama saya dipengaruhi oleh kehidupan sosial budaya juga. Memang mau tidak mau suatu ajaran agama juga harus berbaur dengan kehidupan sosial budaya setempat supaya bisa diterima keberadaannya.

Kemudian fenomena terakhir yang saya bahas adalah dalam bidang kesehatan. Coba sekarang Anda mulai melihat di lingkungan sekitar, siapakah yang paling banyak membahas masalah-masalah seksual? Jelas sekali paling banyak adalah pria sedangkan wanita lebih sering dilarang untuk membicarakannya karena dianggap tabu dan tidak sopan. Contohnya, remaja perempuan banyak yang tidak mengetahui tubuh mereka sendiri, kehamilan, kontrasepsi, dan PMS. Perempuan miskin dari sebuah negara berkembang menyatakan bahwa mereka tidak mendapatkan informasi apapun tentang seks sebelum pengalaman pertama mereka. Kurangnya informasi ini membatasi kemampuan perempuan untuk melindungi diri mereka sendiri dari HIV, serta malah menimbulkan ketakutan di antara perempuan mengenai penggunaan kondom. Hal itu terjadi karena dalam sebuah studi ditemukan bahwa perempuan takut memakai kondom karena takut tertinggal didalam vagina, lalu pindah ke kerongkongan. Ketakutan lainnya dalam memakai kondom adalah apabila kondom ditarik keluar maka organ reproduksinya akan turut terlepas. Studi lain menunjukkan bahwa kurangnya informasi mengenai tubuh mereka membatasi kemampuan perempuan untuk mengenali gejala gangguan pada organ reproduksinya akibat PMS.

Apa yang Dapat Disimpulkan?

Seringkali fenomena-fenomena ini luput dari perhatian kita, tetapi secara tidak sadar telah mempengaruhi pola pikir kita. Akibatnya, wanita tidak dapat mengaktualisasikan dirinya selama pola pikir ini ada di dalam masyarakat. Contohnya, siswi yang bercita-cita menjadi bankir terpaksa “membunuh” cita-citanya karena dalam persepsinya hal-hal yang berhubungan dengan bank adalah dunia pria. Ini akibat wacana yang dibacanya dari buku pelajaran bahasa Indonesia. Banyak wanita yang memiliki potensi dan kecerdasan yang tinggi tetapi sangat disayangkan mereka tidak bisa mengembangkan potensi dan kecerdasan yang dimilikinya. Akibatnya, banyak dari mereka yang merasa frustasi dan ingin sekali membunuh kemampuannya.

Oleh sebab itu saya mengajak para pembaca untuk mulai peka terhadap masalah ini dan saya berharap kita bersama-sama dapat menemukan solusi yang terbaik untuk mensosialisasikan kesejajaran posisi pria dan wanita sehingga bias gender ini dapat teratasi. Apakah solusi yang dapat Anda sumbangkan? Silahkan kemukakan solusi Anda di sini!

Written by : Catherine Maname Uli

Daftar Pustaka :

  1. Esther Kuntjara Ph.D. 2003. Gender, Bahasa dan Kekuasaan. Jakarta: Gunung Mulia.
  2. Bias Jender dalam Wacana Buku Teks . 2005. Available from the URL: http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0305/05/teropong/281918.htm.
  3. Gender. Available from the URL: http://en.wikipedia.org/wiki/Gender.
  4. Opini Masalah Gender dan Kesehatan. Available from the URL: http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/145_13Masalahgenderdankesehatan.pdf/145_13Masalahgenderdankesehatan.html
  1. Thanks sudah berkunjung ke bog saya.Itulah Roy Suryo dengan gayanya. Sebenarnya saat itu aku ingin bertanya banyak sama dia, hanya waktu yg tidak memungkinkan. Salam Hangat!

  2. Baiklah!Sepertinya saya harus bikin 1 page lagi untuk obrolan bebas..Salam hangat! 😀

  3. faktanya adalah: dunia ini adalah dunia yang didominasi maskulinitas, memang sangat disayangkan, karena setelah jaman abraham, semua tuhan2 pencipta digambarkan sebagai laki-laki, padahal faktanya, yang memiliki fungsi reproduksi justru perempuan.

    bahkan pada awalnya konsep trinitas adalah dalam nama bapa, dan ibu, dan anak, namun sang ibu ujung2nya ditaruh di belakang (roh kudus)

  4. Sori, gw baru jwb gw kmrn lg ngejar DEATH LINE artikel tanyadokteranda.
    1.Hmm, lu ada buktinya ga??
    Soalnya logikanya adalah ajaran agama disebarkan mell. budaya.Brarti mustinya ajaran agama yg terlebih dahulu ada. Maksudnya dg kata lain konsep trinitas: bapa, anak, roh kudus terlebih dahulu ada. Baru disesuaikan dg budaya, misalnya: roh kudus diumpamakan sbg ibu krn mempunyai sifat lembut.
    Jadi, dg kata lain gw merasa ga logis klo konsep trinitas pd awalnya adalah bapa, roh kudus, anak..

    2.Maksud lu yg memiliki fungsi reproduksi cuma perempuan aja??Klo itu maksud lu bgitu jlas SALAH krn organ reproduksi dimiliki laki & perempuan..

    3.Gw ga ngerti maksud lu memberikan fakta spt itu.Apa hubungannya dg konsep Tuhan yg digambarkan sbg laki2??

    🙂

  5. coba loe baca deh segala artikel mengenai Sophia, dia adalah salah satu sosok feminin tuhan yang dibuang dalam sejarah agama.

  6. 1.Gw minta lu donk yg jlasin (tp pake bhs yg sederhana)& minta sumber yg bnr2 bs dipercaya!krn gw ngegoogle gw ga dpt website yg terpercaya (klo bs bhs.Ind biar mdh dimengerti tp klo ga ada gpp 😀 ). krn yg gw dpt cm mrpkn bagian dr Daughter of God. Jd gw ngerasa ini adlh khayalan pnulis (kyk novel lu!)

    2.Lu baca artikel Sophia cm dr Daughter of God ato ga?Klo cm dr situ mnrt gw ga bs dipertanggungjwbkan..

    3.Klopun ada sej ttg Sophia apakah crita yg bredar skrg sama dg kej dulu ato ga (ada bukti AKURAT ga)?
    Soalnya sjrh mnrt gw kebenarannya cm BEDA TIPIS dr dongeng!Klo cm disebarkan dr mulut ke mulut apa bedanya ama dongeng?? Atau mungkin emang pernah tjd tp faktanya diputarbalikkan? Kyk sej ttg G30S awalnya dibilang dalangnya PKI trkhr gw bljr di SMA jd bnyk asumsi ttg dalang G30S (ampe puyenk gw ngapalnya! :D)

    4.kirim via email ya ttg Sophia versi lu!Jd gw bs baca wkt santai!!Gw mo ujian rabu dpn..
    Thx.. 🙂

  7. daughter of god? blom baca, mendingan loe baca teks tua langsung deh, misalnya Pistis Sophia. Kalau bingung, selalu ada wikipedia.

Leave a comment